1. Silogisme Kategorial
Silogisme Kategorial adalah silogisme yang semua
proposisinya merupakan katagorik. Proposisi yang mendukung silogisme disebut
dengan premis yang kemudian dapat dibedakan dengan premis mayor (premis yang
termnya menjadi predikat), dan premis minor (premis yang termnya menjadi
subjek). Yang menghubungkan diantara kedua premis tersebut adalah term penengah
(middle term).
Secara khusus silogisme kategorial dapat dibatasi
sebagai suatu argumen deduktif yang mengandung suatu rangkaian yang terdiri
dari tiga (dan hanya tiga) proposisi kategorial yang disusun sedemikian rupa
sehingga ada tiga term yang muncul dalam rangkaian pernyataan itu.
Term predikat dari konklusi adalah term mayor dari
seluruh silogime itu. Sedangkan subyek dari konklusi disebut term minor dari
silogisme, sementara term yang muncul dalam kedua premis dan tidak muncul dalam
kesimpulan disebut term tengah.
Contoh :
Semua mamalia binatang yang melahirkan dan menyusui
anaknya. Kerbau termasuk mamalia. Jadi, kerbau : binatang yang melahirkan dan
menyusui anaknya.
Silogisme Kategorial : Silogisme yang terjadi dari
tiga proposisi.
1. Premis umum : Premis Mayor (My)
2. Premis khusus remis Minor (Mn)
3. Premis simpulan : Premis Kesimpulan (K)
Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek
simpulan disebut term mayor, dan predikat simpulan disebut term minor.
Aturan umum dalam silogisme kategorial sebagai
berikut:
1. Silogisme harus terdiri atas tiga term yaitu :
term mayor, term minor, term penengah.
2. Silogisme terdiri atas tiga proposisi yaitu
premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
3. Dua premis yang negatif tidak dapat menghasilkan
simpulan.
4. Bila salah satu premisnya negatif, simpulan pasti
negatif.
5. Dari premis yang positif, akan dihasilkan
simpulan yang positif.
6. Dari dua premis yang khusus tidak dapat ditarik
satu simpulan.
7. Bila premisnya khusus, simpulan akan bersifat
khusus. Dari premis mayor khusus dan premis minor negatif
tidak dapat ditarik
satu simpulan.
Contoh silogisme Kategorial:
My : Semua mahasiswa adalah lulusan SLTA
Mn : Badu adalah mahasiswa
K : Badu lulusan SLTA
My : Tidak ada manusia yang kekal
Mn : Socrates adalah manusia
K : Socrates tidak kekal
My : Semua mahasiswa memiliki ijazah SLTA.
Mn : Amir tidak memiliki ijazah SLTA
K : Amir bukan mahasiswa
Kaidah-kaidah Silogisme Kategorial
1. Apabila dalam satu premis partikular, kesimpulan
harus partikular juga, seperti:
Semua yang halal dimakan menyehatkan
Sebagian makanan tidak menyehatkan,
Jadi Sebagian makanan tidak halal dimakan
(Kesimpulan tidak boleh: Semua makanan tidak
halaldimakan).
2. Apabila salah satu premis negatif, kesimpulan
harus negatif juga, seperti:
Semua korupsi tidak disenangi.
Sebagian pejabat adalah korupsi, jadi
Sebagian pejabat tidak disenangi.
(Kesimpulan tidak boleh: Sebagian pejabat disenangi)
Dari dua premis yang sama-sama partikular tidak sah
diambil kesimpulan. Beberapa politikus tidak jujur.
Banyak cendekiawan adalah politikus, jadi:
Banyak cendekiawan tidak jujur.
3. Dari dua premis yang sama-sama negatif, tidak
mendapat kesimpulan apa pun, karena tidak ada mata
rantainya hubungkan kedua
proposisi premisnya. Kesimpul diambil bila sedikitnya salah satu premisnya
positif. Kesimpulan yang ditarik dari dua premis negatif adalah tidak sah.
Kerbau bukan bunga mawar.
Kucing bukan bunga mawar
.….. (Tidak ada kesimpulan)
Tidak satu pun drama yang baik mudah dipertunjukk
Tidak satu pun drama Shakespeare mudah dipertunju
Jadi: Semua drama Shakespeare adalah baik. (Kesimpulan
tidak sah)
4. Paling tidak salah satu dari term penengah haru:
(mencakup). Dari dua premis yang term penengahnya
tidak term menghasilkan
kesimpulan yang salah, seperti:
Semua ikan berdarah dingin.
Binatang ini berdarah dingin
Jadi: Binatang ini adalah ikan.
(Padahal bisa juga binatang melata)
5. Term-predikat dalam kesimpulan harus konsisten
dengan term predikat yang ada pada premisnya. Bila
tidak, kesimpulan menjadi
salah, seperti
Kerbau adalah binatang.
Kambing bukan kerbau.
Jadi: Kambing bukan binatang.
(‘Binatang’ pada konklusi merupakan term negatif
sedang-kan pada premis adalah positif)
6. Term penengah harus bermakna sama, baik dalam
premis mayor maupun premis minor. Bila term
penengah bermakna maka kesimpulan
menjadi lain, seperti:
Bulan itu bersinar di langit.
Januari adalah bulan.
Jadi: Januari bersinar di langit.
(Bulan pada premis minor adalah nama dari ukuran
waktu yang panjangnya 31 hari, sedangkan pada
premis mayorberarti planet yang
mengelilingi bumi).
7. Silogisme harus terdiri tiga term, yaitu term
subjek, predikat, dan term menengah ( middle term ), begitu
juga jika terdiri
dari dua atau lebih dari tiga term tidak bisa diturunkan konklusinya.
2. Silogisme
Hipotesis
Silogisme Hipotesis adalah jenis silogisme yang
terdiri atas premis mayor yang bersifat hipotesis ,dan premis minornya bersifat
katagorial . Silogisme Hipotesis ini dapat dibedakan menjadi 4 macam , yaiu :
Silogisme hipotesis yang premis minornya mengakui bagian antecedent.
Contoh :
Jika hari ini cerah , saya akan ke rumah kakek ( premis mayor )
Hari ini cerah ( premis minor )
Maka saya akan kerumah kakek ( kesimpulan ).
Silogisme hipotesis yang premis minornya mengakui
bagian konsekuen
Contoh :
Jika hutan banyak yang gundul , maka akan terjadi global warming ( premis mayor
)
Sekarang terjadi global warming ( premis minor )
Maka hutan banyak yang gundul ( kesimpulan ).
Silogisme hipotesis yang premis minornya mengingkari
antecedent
Contoh :
Jika pembuatan karya tulis ilmiah belum di persiapkan dari sekarang, maka hasil
tidak
akan maksimal
pembuatan karya ilmiah telah di persiapkan
maka hasil akan maksimal
Silogisme hipotesis yang premis minornya mengingkari
konsekuen
Contoh :
Bila presiden Mubarak tidak turun , Para demonstran akan turun ke jalan
Para demonstran akan turun ke jalan
Jadi presiden Mubarak tidak turun.
Kaidah silogisme hipotesis
Mengambil konklusi dari silogisme hipotetik jauh
lebih mudah dibanding dengan silogisme kategorik. Tetapi yang penting di sini
dalah menentukan ‘kebenaran konklusinya bila premis-premisnya merupakan
pernyataan yang benar.
Bila antecedent kita lambangkan dengan A dan
konsekuen .engan B, jadwal hukum silogisme hipotetik adalah:
1) Bila A terlaksana maka B juga terlaksana.
2) Bila A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana. (tidak sah = salah)
3) Bila B terlaksana, maka A terlaksana. (tidak sah = salah)
4) Bila B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana.
Kebenaran hukum di atas menjadi jelas dengan
penyelidikan
berikut:
Bila terjadi peperangan harga bahan makanan
membubung tinggi
Nah, peperangan terjadi.
Jadi harga bahan makanan membubung tinggi.( benar = terlaksana)
Benar karena mempunyai hubungan yang diakui kebenarannya
Bila terjadi peperangan harga bahan makanan membubung tinggi
Nah, peperangan terjadi.
Jadi harga bahan makanan tidak membubung tinggi
(tidak sah = salah)
Tidak sah karena kenaikan harga bahan makanan bisa disebabkan oleh sebab atau
faktor lain.
3. silogisme alternatif
Jenis silogisme yang ketiga adalah silogisme
alternatif atau disebut juga silogisme disjungtif. Silogisme ini dinamakan
demikian, karena proposisi mayornya merupakan sebuah proposisi alternatif,
yaitu proposisi yang mengandung kemungkinan-kemungkinan atau pilihan-pilihan.
Sebaliknya proposisi minornya adalah proposisi kategorial yang menerima atau
menolak salah satu alternatifnya. Konklusi silogisme ini tergantung dari premis
minornya; kalau premis minornya menerima satu alternatif, maka alternatif
lainnya ditolak; kalau premis minornya menolak satu alternatif, maka alternatif
lainnya diterima dalam konklusi.
Contoh
My : Nenek susi berada di Bandung atau woniosobo.
Mn : Nenek Susi berada di Bandung.
K : Jadi, Nenek Susi tidak berada di wonosobo.
My : Nenek Susi berada di Bandung atau wonosobo.
Mn : Nenek Susi tidak berada di wonosobo.
K : Jadi, Nenek Susi berada di Bandung.
kaidah Silogisme alternatif
1. Silogisme alternatif dalam arti sempit, konklusi
yang dihasilkan selalu benar, apabila prosedur
penyimpulannya valid, seperti :
Hasan berbaju putih atau tidak putih.
Ternyata berbaju putih.
Jadi ia bukan tidak berbaju putih.
Hasan berbaju putih atau tidak putih.
Ternyata ia tidak berbaju putih.
Jadi ia berbaju non-putih.
2. Silogisme alternatif dalam arti luas, kebenaran
koi adalah sebagai berikut:
a. Bila premis minor mengakui salah satu alterna konklusinya sah (benar),
seperti:
Budi menjadi guru atau pelaut.
la adalah guru.
Jadi bukan pelaut
Budi menjadi guru atau pelaut.
la adalah pelaut.
Jadi bukan guru
b. Bila premis minor mengingkari salah satu a konklusinya tidak sah (salah),
seperti:
Penjahat itu lari ke Solo atau ke Yogya.
Ternyata tidak lari ke Yogya.
Jadi ia lari ke Solo. (Bisa jadi ia lari ke kota lain).
Budi menjadi guru atau pelaut.
Ternyata ia bukan pelaut.
Jadi ia guru. (Bisa j’adi ia seorang pedagang).
4.
Entimen
Entimem adalah silogisme yang dipersingkat. Disaat
tertentu orang ingin mengemukakan sesuatu hal secara praktis dan tepat
sasaranBentuk semacam ini dinamakan entimem (dari enthymeme, Yunani. Lebih jauh
kata itu berasal dari kata kerja enthymeisthai yang berarti ‘simpan dalam
ingatan’). Dalam tulisan-tulisan bentuk ilmiah yang dipergunakan, dan bukan
bentuk formal seperti silogisme.
Contoh :
PU : Jika bachdim tidak menikah cepat, Irfan akan
dimarahi fadillah
PK :bachdim mau menikah cepat.
K : bachdim tidak dimarahi fadillah.
Entimem : Irfan tidak dimarahi Kartika karena Irfan
mau menikah cepat
Contoh :
PU : Semua orang ingin sukses harus belajar dan
berdoa
PK : Lita ingin sukses
K : Lita harus belajar dan berdoa
Rumus Silogisme Entinem : C = B karena C = A